Kamis, 20 Januari 2011

Tuur


Menelusuri Jejak-Jejak Peradaban Tou Minahasa

Oleh: Rikson Karundeng

Parigi Pingkan di Tanawangko. Foto: Tim WM
Waktu telah menunjukkan lepas pukul 09.00 WITA dan porsi terakhir nasi goreng istimewa racikan chef Denni Pinontoan telah dituntaskan. Tim Ekspedisi Waleta Minahasa (Greenhill Weol, Rikson Karundeng, Denni Pinontoan, Fredi Wowor, Bodewyn Talumewo dan Frisky Tandayu), dengan penuh semangat meninggalkan Steleng Mawale di Bukit Inspirasi Tomohon untuk memulai agenda touring bertajuk “Menelusuri Jejak-Jejak Peradaban Tou Minahasa“ Senin, 8 Maret 2010.
Ado minta maaf ta lat ! Kita so pagi-pagi deri Pinabetengan mar pas singgah pa Fredi di Sonder, Tuama kote da asik ba browsing di warnet. Sonder memang cuma kacili, mar warnet di mana-mana, jadi nyaku bingo mo cari ka mana pa dia,” ujar Friski dengan nada low khasnya dan ekspresi “rasa bagitu” khas Tontemboan.
Ungkapan Frisky itu ditanggapi gelak tawa Tim Waleta Minahasa yang lain. Dan cerita itu berlalu seiring berkurangnya tetesan bensin dari tiga kendaraan roda dua yang ditumpangi enam Waraney Waleta Minahasa (Selanjutnya disingkat WM) itu. Sebelum mengisi bahan bakar di Wanua Woloan, Tim WM menyempatkan diri untuk melihat dari dekat Waruga Dotu Sahiri Supit yang berdiri kokoh tepat di depan gedung Gereja GMIM Eben Heazer Woloan. “Dulu waktu ini greja da bangun tahun 90-an, pernah ada rencana mo se pindah tu waruga. Mar, banya jemaat nda setuju termasuk kita. Karna itu kan nyanda menggangu apapun,” terang Om Poluan, yang sehari-hari ditugaskan sebagai Kostor di gereja tersebut.
“Depe cerita jelas tentang ini waruga nanti torang baca kong dikusikan di steleng. Soalnya kita pe mahasiswa bimbingan skripsi di Fakultas Teologi UKIT, baru-baru da biking penelitian tentang itu waruga,” kata Denni sambil mengajak Tim WM untuk segera melanjutkan perjalanan.
Setelah melewati Wanua Taratara, Ranotongkor, Lolah dan Lemo, 35 menit kemudian Tim WM telah memasuki Wanua Sarani Matani Kecamatan Tombariri. Udara panas yang tak biasa dinikmati di Tomohon, seakan membungkus erat tubuh, hingga memaksa Tim WM untuk berhenti sejenak melepas lelah. Jembatan tua yang diperkirakan dibangun sejak zaman Belanda yang terletak di ujung Wanua Sarani Matani menjadi tempat pilihan Tim untuk beristirahat sambil menatap dengan decakan kagum jembatan kayu yang masih berdiri kokoh itu.
Baru saja starter motor dihentakkan, mesin kendaraan harus berhenti kembali tatkala mata Denni Pinontoan menangkap sebuah batu yang direspons otaknya sebagai sebuah waruga. Ternyata benar itu sebuah waruga, sayang terkesan tidak pernah diindahkan sehingga tumpukan pasir dan sampah yang ada di sekitarnya lebih mudah dikenali ketimbang waruga itu. “Itu kwa waruga deri sebelah utara kampung, kong tahun 90-an ada kase pindah di muka kantor kuntua ini. Menurut cerita, waruga itu da kubur akang torang pe dotu yang pertama kali buka ini kampung. Torang so nda tau depe nama, mar ini waruga da kase pindah di sini supaya torang boleh mo inga trus pa dia yang ada jasa besar da buka ini kampung,” jelas Feri yang kebetulan sedang mencucui kendaraan di samping waruga tersebut.
Salah satu yang terprogram di otak personil Tim WM hari itu adalah menemukan parigi (sumur) Pingkan. Hasrat itu kemudian mendorong Tim untuk menelusuri lorong-lorong di Wanua Ranowangko Kecamatan Tombariri. Di salah satu lorong, mata Tim WM terhenti pada sebuah waruga yang tampak bagian atasnya telah diperindah dengan semen dan telah dimanfaatkan sebagai pampele angin untuk dodika oleh pemilik kios makanan di tempat itu. “Itu kwa waruga dotu Lokon. Salah satu yang bilang pa torang itu dotu Lokon punya, Gubernur Worang. Dia kan dulu ja kampetan. Dulu depe model memang so bagitu mar lantaran so ja ancor depe atas kong da tahang deng semen sadiki. Di seblah ini lei ada waruga mar waktu saman Worang, dorang da se pindah di puncak Tasik Ria. Waktu itu, Gubernur Worang da tata samua ini waruga di sini. Dia lei yang biking kase bagus tu lokasi di parigi Pingkan yang ada di blakang sana,” terang Om Yan Rengkung, sambil mengarahkan telunjuk ke arah Timur untuk menunjuk lokasi Sumur Pingkan yang dicari Tim Waleta Minahasa.

Selengkapnya baca di Waleta Minahasa edisi 1 thn. I 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar